Subscribe to web2feel.com
Subscribe to web2feel.com
Selasa, 06 Mei 2008 0 komentar

HOME CARE (PERAWATAN DIRUMAH)

1. TIPE RUJUKAN DAN TUJUAN PERAWATAN DIRUMAH

Lama perawatan di rumah sakit telah menurun secara dramatis dalam era peningkatan biaya perawatan kesehatan, potongan anggaran yang besar, managed care, perkembangan teknologi yang cepat, dan pemberian pelayanan yang maju. Karena penyebab langsung atau efek langsung variabel ini, industri perawatan kesehatan-di-rumah menjadi alat untuk menurunkan biaya dan lama perawatan. Akibatnya, industri perawatan-di-rumah berkembang menjadi masalah yang kompleks dan harus diatasi dengan perhatian yang besar bila salah satu tujuannya adalah memberi hasil yang terbaik pada setiap individu.

Peran Perencana Perawatan Dirumah.

Perencana perawatan-di-rumah harus memiliki kemampuan untuk mengantisipasi dan memenuhi kebutuhan perawatan klien yang kompleks. Perawat tidak hanya harus sangat terlatih dalam praktik keperawatan, tetapi juga harus mengetahui dengan baik tentang pembiayaan perawatan kesehatan, regulasi yang mendasari praktik, dan sumber di komunitas serta teknologi yang tersedia.

Tanggung jawab perencana perawatan-di-rumah adalah menjamin semua kebutuhan klien di rumah terpenuhi dengan aman dan dengan pembiayaan yang efektif. Peranan ini melibatkan kolaborasi dengan profesional kesehatan lain saat pertemuan tentang rencana pemulangan klien, guna memastikan keberhasilan transisi ke rumah. Perawat perencana perawatan-di-rumah menyediakan informasi tentang sumber komunitas yang akan membantu dokter dan klien dalam membuat rencana pulang yang tepat. Perawat juga harus menggunakan keterampilan klinis untuk mengkaji kerusakan fisik klien, status psikologis, kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang sederhana, dan prosedur perawatan terampil.

Pengkajian di Rumah Sakit

Pengkajian di rumah sakit merupakan langkah penting yang membawa klien sepanjang proses perawatan dan rumah sakit ke rumah sampai akhirnya ia mencapai tingkat kemandirian yang optimal. Keberhasilan proses perencanaan bergantung kepada koordinasi antara rumah sakit dan pemberi perawatan kesehatan di rumah. Setelah klien dirujuk ke lembaga perawatan-di-rumah, perencana perawatan-di-rumah harus mengkaji kebutuhan medis, kebutuhan sosial, kebutuhan keperawatan, dan kebutuhan rehabilitasi klien untuk menetapkan apakah klien memenuhi syarat atau layak untuk menerima pelayanan.

Kriteria persyaratan ditentukan, baik oleh tipe program maupun oleh tanggungan asuransi. Jika klien ternyata memenuhi syarat untuk program yang dirujuk, perencana perawatan-di-rumah harus memulai pengkajian dan harus menggabungkan hal-hal berikut mi untuk mencapai kontinuitas perawatan dan hasil yang positif:

  • Tinjauan Ulang Catatan Rumah sakit, memungkinkan perawat untuk mengidentifikasi diagnosis primer dan Sekunder, riwayat medis klien, nilai-nilai laboratorium terkait, program pengobatan, penyuluhan yang diberikan, peralatan yang dibutuhkan, dan modalitas terapi.
  • Wawancara dengan K1ien/Keluarga, Saatnya untuk mendiskusikart aspek sosial dan lingkungan perawatan klien di rumah. Selama wawancara, perawat diharapkan mampu mengevaluasi keadekuatan sistem pendukung klien, dinamika keluarga, pemahaman mereka tentang penyakit, dan kemampuan mereka dalam mempelajari dan melaksanakan perawatan atau terapi yang dibutuhkan.

Bagian yang penting dalam wawancara adalah membahas tujuan program. Klien harus diberi kesempatan untuk mengemukakan harapan tentang transisinya ke rumah dan tujuan sasaran program. Perencana juga harus membahas sifat program dan pentingnya partisipasi klien dalam perencanaan asuhan. Klien harus setuju bahwa program tersebut dapat memenuhi kebutuhannya secara efektif.

  • Pengkajian Fisik. Pengkajian fisik merupakan langkah kunci dalam proses pengkajian. Pengkajian fisik mi menetapkan data dasar, yang berkaitan dengan tinjauan catatan rumah sakit dan wawancara klien, untuk mempertahankan kontinuitas asuhan.
  • Konferensi Kasus Setelah melengkapi pengkajian, perencana perawatan di-rumah harus berkolaborasi dengan dokter, perencana pemulangan, atau pekerja sosial untuk mengembangkan rencana perawatan. Kontinuitas perawatan bergantung pada komunikasi di antara semua staf yang terlibat didalamnya.

Rujukan di Komunitas

Proses rujukan mencakup hal-hal berikut:

  1. Demografik terkait dan informasi asuransi diperoleh dari sumber rujukan.
  2. Diagnosis dan riwayat medis klien diperoleh melalui diskusi dengan dokter. Dokter harus memberi program secara verbal tentang obat, diet, aktivitas, dan terapi.
  3. Dokter dan perawat membahas sasaran program dan hasil yang dicapai. Dokter harus setuju bahwa kebutuhan klien dapat dipenuhi dengan aman di rumah. Konfirmasi tertulis program dokter dapat dikirim melalui surat.
  4. Kontak dengan klien dan keluarga dimulai untuk menguraikan program perawatan-di-rumah dan pelayanan yang akan diberikan serta untuk rnendapatkan persetujuan verbal tentang pelayanan. Informasi keuangan dari tanggungan asuransi harus diuraikan.
  5. Klien didaftarkan untuk mengikuti program setelah melakukan pengkajian pada saat kunjungan rumah. Pada kesempatan ini, format pendaftaran dan persetujuan ditandatangani klien.

Rujukan berasal dari rumah sakit atau dibuat saat klien di komunitas dan keputusan untuk menerima klien dalam program perawatan-di-rumah disusun berdasarkan kasus per kasus melalui kolaborasi dengan perawat, dokter, perencana pemulangan, dan anggota tim kesehatan yang lain.

Rencana Pulang

  1. Evaluasi di Rumah

Alat pengkajian memberi informasi tentang tipe struktur tempat tinggal klien. Perawat yang melengkapi formulir tersebut harus menetapkan apakah tempat tinggal klien merupakan rumah pribadi atau rumah yang ditinggali bersama. Informasi mengenai jalan masuk ke rumah harus jelas. Misalnya, apakah terdapat bel listnik? Apakah memerlukan sebuah kunci? Apakah terdapat pintu masuk yang terbuka? Apakah klien harus menaiki tangga, atau apakah tempat tinggal merupakan bangunan bertingkat? Jika terdapat tangga, jumlah tangga sebaiknya didokumentasikan, karena semua itu akan terhadap proses perawatan klien selanjutnya.

  1. Tinjauan Ulang Klien Rujukan Instrumen

Instrumen Tinjauan Ulang Klien (Patient Review Instrument / PRI) dan skrining. PRI mengkaji kondisi medis dan kapabilitas klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang mendasar seperti makan, pindah posisi, toileting, dan mobilisasi. Tingkat keparahan masing-masing gangguan tersebut terhadap setiap pola kapabilitas dan pola perilaku dalam melakukan ADL ditetapkan berdasarkan kriteria yang didefinisikan secara khusus dalam pengkajian. Bagian kedua pengkajian, yakni “Skrining,” mempunyai dua tujuan. Pertama, mengkaji kemungkinan klien mengalami penyakit mental, retardasi mental, atau ketidakmampuan untuk berkembang. Tujuan yang kedua adalah mengevaluasi kemungkinan bagi klien untuk dirawat dalam lingkungan komunitas.

Home Health Care Provider (HCCP) / Pemberi Perawatan Kesehatan di Rumah

Ada tiga cara utama pemberian pelayanan perawatan kesehatan dirumah: lembaga kesehatan-di-rumah bersertifikat (certified home health agency / CHHA), program perawatan kesehatan-di-rumah jangka-panjang (the long-term home health care program (LTHHCP), dan lembaga berlisensi. Tujuan setiap program ini adalah mempertahankan individu di rumah masing-masing. Tidak ada metode perawatan terbaik. Metode harus didasarkan pada sumber di komunitas, mampuan mengembangkan sumber melalui hubungan dan jaringan kerja serta kebutuhan klien.

  1. Lembaga Kesehatan di Rumah Bersertifikat (CHHA)

Dasar pemikiran CHHA adalah untuk memberikan kesempatan bagi individu yang mengalami penyakit akut untuk menerima perawatan terampil yang dibutuhkan di rumah mereka sendiri. CHHA memenuhi kebutuhan individu dengan memberi berbagai jenis pelayanan, termasuk pelayanan keperawatan terampil, terapi wicara, terapi fisik dan terapi okupasi, pelayanan sosial medis, asisten perawatan kesehatan di rumah (HHA), konseling nutrisi, transportasi, peralatan, dan terapi pernapasan. Selain itu, CHHA memiliki program khusus, seperti pelayanan kesehatan mental, pelayanan pediatrik, program untuk anak dan ibu, dan program AIDS, terdapat juga pelayanan berteknologi tinggi seperti terapi intravena, kemoterapi-di-rumah, dan penatalaksanaan nyeri. CHHA juga dikenal sebagai program jangka-pendek karena pelayanan yang diberikan biasanya singkat.

  1. Program Perawatan Kesehatan di-Rumah Jangka Panjang (LTHHCP)

Program Perawatan Kesehatan-di-Rumah Jangka-Panjang atau “rumah perawatan tanpa dinding,” dibentuk untuk memenuhi kebutuhan individu yang menderita penyakit kronis di rumah. Program Perawatan Kesehatan di-Rumah Jangka Panjang adalah suatu program yang memberikan pelayanan sosial dan kesehatan kepada masyarakat yang membutuhkan perawatan kesehatan-di-rumah dalam waktu yang lama. Biaya pelayanan kesehatan klien tidak boleh lebih dan 75% dan biaya rata-rata perawatan institusional jangka panjang di wilayah setempat. Program Perawatan Kesehatan-di-Rumah Jangka-Panjang memberikan pelayanan keperawatan terampil minimal dua minggu sekali, meliputi terapi fisik, okupasi, dan wicara, pelayanan sosial medis, dukungan nutrisi serta pelayanan perawatan personal.

  1. Lembaga Berlisensi

Lembaga perawatan-di-rumah berlisensi menawarkan berbagai pelayanan yang mencerminkan pelayanan yang diberikan oleh CHHA. Kriteria pendaftaran, pembagian pelayanan terampil, dan proses rujukan pada hakikatnya sama. Namun, ada juga perbedaan yang nyata. Lembaga berlisensi bukan merupakan lembaga Medicare bersertifikat. Lembaga berlisensi dapat memiliki komponen pelayanan professional yang menyediakan pelayanan terampil yang diberikan CHHA. Lembaga ini juga dapat meniru banyak program khusus CHHA. Bagian perawatan

terbesar yang diberikan berasal dan pelayanan perawatan personal. Lembaga berlisensi menyediakan pelayanan profesional, termasuk pengaturan rumah, ibu rumah tangga, pegawai perawatan personal (Personal Care Workers /PCW), dan perawatan seperti yang diberikan HHA.

2. Pendaftaran untuk Mengikuti Sistem Perawatan-di Rumah

Kriteria Pendaftaran Perawatan di Rumah

Di suatu lembaga bersertifikat, terdapat beberapa kualitas kriteria yang menentukan apakah klien cocok untuk menerima pelayanan perawatan dirumah. Kriteria penerimaan yang unik di setiap lembaga dan setiap manual kebijakan lembaga menentukan kriteria yang spesifik. Kriteria yang umum digunakan adalah:

  • Homebound, yaitu Klien harus berada di rumahnya sendiri (homebound). Klien sebaiknya berada di luar rumah dalam waktu yang singkat, tidak sering, dan ber- hubungan dengan keperluan medis.
  • Kebutuhan akan Pelayanan Terampil, Perawat harus menetapkan jenis pelayanan yang memenuhi kualifikasi kebutuhan kilen Kebutuhan klien harus didasarkan pada diagnosis dan kondisi klien. Klien membutuhkan minimal satu pelayanan terampil yang disediakan oleh lembaga penyelenggara perawatan-di-rumah. Pelayanan profesional yang terampil membutuhkan pelatihan dan keahlian profesi masing-masing sehingga pelayanan yang diberikan aman dan efektif. Contoh keperawatan terampil meliputi:
    • Observasi dan pengkajian
    • Penyuluhan klien
    • Administrasi medikasi
    • Perawatan ostomi baru
    • Perawatan rehabilitasi
    • Pungsi vena
    • Terapi dan evaluasi psikiatrik

Terapi fisik terampil dapat mencakup:

o Pengkajian

o Latihan terapeutik

o Pelatihan cara berjalan

o Rentang pergerakan sendi (Range of Motion /ROM)

o Hot packs

o Mandi parafin

o Berendam untuk klien yang mengalami komplikasi

Terapi wicara yang terampil mencakup:

o Pengkajian

o Bicara dan produksi suara

o Perbäikan aktivitas sehari-hari yang komunikatif

o Bantuan afasia

o Terapi disfasia

· Rencana Penanganan. Klien harus berada di bawah penanganan seorang dokter yang bersedia mempersiapkan program pengobatan. Perawat dan dokter bekerja sama dengan klien, mengembangkan suatu rencana perawatan yang berhubungan dengan diagnosis primer klien dan kebutuhan perawatan kesehatan yang prioritas. Rencana keperawatan meliputi semua diagnosis, pelayanan, dan peralatan yang dibutuhkan klien. Rencana perawatan juga mencakup pengobatan dan terapi, aktivitas klien yang diperbolehkan, frekuensi kunjungan, tindakan keamanan untuk melindungi klien dan cedera, sasaran perawatan yang spesifik dan dapat diukur, potensial rehabilitasi, dan rencana pulang.

· Masuk Akal dan Diperlukan. Penerimaan klien untuk mengikuti program perawatan-di-rumah didasarkan pada suatu harapan yang masuk akal bahwa kebutuhan klien dapat dipenuhioleh lembaga di lingkungan tempat tinggalnya. Saat pertama kali perawat melakukan kunjungan untuk memulai pengkajian, ia bertanggimg jawab untuk menentukan mampu/tidaknya staf perawatan di lingkungan rumah merawat klien dengan aman dan adekuat.

3. PENATALAKSANAAN WAKTU

Penetapan Frekwensi Kunjungan.

Frekuensi kunjungan ditetapkan lebih banyak dalam minggu- minggu awal dan menurun seiring dengan peningkatan keterampilan pemberi perawatan atau klien dalam menangani

kondisi kliennya. Perubahan jumlah kunjungan ini disebut penurunan (tapering). Sebagai contoh, jadwal berikut mengilustrasikan penurunan: kunjungan harian selama seminggu, tiga kali seminggu (TKS) selama tiga minggu, dua kali seminggu (DKS) dan satu kali seminggu (SKS) selama seminggu. Frekwensi kunjungan dapat juga ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi klien.

Waktu yang Diluangkan Klien Saat Kunjungan dan Prioritas Kebutuhan

Waktu yang diluangkan selama kunjungan ditetapkan berdasarkan prioritas kebutuhan yang ditemukan. Untuk itu, diharapkan perawat memiliki kemampuan komunikasi yang terampil. Sikap perawat saat berkomunikasi dengan klien atau keluarga juga mempengaruhi durasi kunjungan. Perawat sebaiknya menyampaikan lama kunjungan pada klien. Dengan demikian, klien diberi kesempatan untuk memikirkan dan memastikan, mereka mengungkapkan masalahnya yang terpenting. Perawat dapat mengusulkan kepada klien untuk menuliskan setiap pertanyaan yang muncul di setiap kunjungan. Perawat juga harus mengetahui kapan pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup diajukan. Pertanyaan tertutup sangat tepat digunakan untuk memperoleh informasi dengan cepat.

4. Hak Legal Klien dan Kerahasiaan

Hak dan Tanggung Jawab Klien

Hak klien yang dilindungi oleh hukum meliputi beberapa hal berikut ini :

· Klien berhak atas perawatan yang lengkap, dilakukan dengan kompeten, dan memiliki kualitas tertinggi.

· Klien harus mendapat respons yang cepat saat membutuhkan bantuan.

· Klien harus diperlakukan sama dan tanpa membedakan ras, keyakinan, jenis kelamin, umur, suku, kebangsaan, ketidakmampuan, atau sumber asuransi.

· Klien memiliki hak untuk mengetahui masalah, rencana perawatan, dan pengobatannya.

· Klien memiliki hak supaya property/perabotan-nya di rumah diperlakukan dengan hormat.

· Klien memiliki hak supaya informasi medisnya dirahasiakan.

· Klien memiliki hak untuk mengungkapkan duka cita atau keberatan tanpa suatu rasa takut bahwa ia akan dibalas.

· Klien berhak mendapat informasi dari perawat jika ia akan dipulangkan.

· Klien berhak untuk memformulasikan dokumen tertulis (advance directive)

Tanggung jawab yang klien miliki dikomunikasikan oleh perawat pada saat kunjungan pertama. Tanggung jawab ini meliputi:

· Memberi tahu perawat atau dokter jika klien mengalami perubahan status fungsi, sosial atau fisik

· Memberi tahu perawat atau dokter jika terdapat masalah atau perubahan yang akan mempengaruhi rencana perawatan

· Bekerja sama seluas mungkin dengan perawat pelaksana perawatan dirumah, ahli terapi, asisten, dan pemberi perawatan yang lain.

· Mengikuti rencana perawatan yang disusun berdasarkan pemahaman, perselujuan, dan kerja samanya sendiri.

Kerahasiaan Klien.

Ada beberapa langkah yang sangat mendasar yang harus diikuti perawat dalam melindungi kerahasiaan klien, diantaranya:

  • Perawat tidak boleh meninggalkan catatan medis klien sembarangan, seperti di dalam mobil atau di dalam tas.
  • .Perawat tidak boleh menulis catatan klinis di tempat umum yang memungkinkan orang lain memperoleh akses untuk mendapatkan informasi medis klien.
  • Jika seorang perawat menggunakan pelayanan pengetikan untuk mengetik catatan diktatnya, identitas klien harus dihapus. Gunakan inisial klien atau nomor registrasi untuk mengidentifikasi klien.
  • Selalu lindungi catatan klinis dan akses yang tidak memiliki wewenang, misalnya dengan menutup catatan klinis atau membalik catatan saat meninggalkan ruangan atau meja tulis seseorang untuk sementara.

Kerahasiaan didalam Rumah Klien.

Pada perawatan di-rumah, anggota keluarga sangat sering dilibatkan dengan perawatan klien. Terkadang, klien mungkin membagi informasi dengan perawat, sedangkan anggota keluarga tidak diberitahu. Perawat, sebagai advokat klien, harus melindungi dan menghormati hak klien untuk merahasiakannya. Akibatnya, perawat tidak boleh secara terbuka membagi rahasia pribadi klien dengan anggota keluarga tanpa diketahui atau tanpa persetujuan klien. Hal ini khususnya berlaku pada kerahasiaan kasus HIV, atau diskusi tentang faktor gaya hidup, seperti perilaku seksual, penggunaan obat-obatan intravena. Kerahasiaan adalah isu yang sangat penting dalam peninjauan terhadap kunjungan rumah. Perawat tidak boleh membahas klien di luar lingkungan rumah, dan harus membatasi diskusi dengan anggota keluarga di lokasi yang sepi.

5. Tindakan Pencegahan Universal dari Penularan Penyakit

Karena prevalensi penyakit infeksi terus meningkat, perawat harus memiliki pengetahuan tentang cara yang dibutuhkan untuk melindungi dirinya dan pemberi perawatan-di-rumah.

· Mencuci Tangan

Mencuci tangan ditetapkan sebagai metode yang paling efektif untuk mencegah penyebaran penyakit.

· Instrument

Sedapat mungkin, gunakan peralatan milik klien. Instrumen, seperti gunting dan jepitan dan tas keperawatan harus dibersihkan dengan saksama setelah dipakai.

· Peralatan untuk Proteksi.

Saat memberikan resusitasi mulut-ke-mulut, sedapat mungkin gunakan pelindung wajah sekali pakai. Pelindung wajah dapat disediakan oleh lembaga penyelenggara perawatan kesehatan-di-rumah. Namun, kantong resusitasi yang dilengkapi dengan katup satu-arah adalah peralatan kedaruratan jenis lain yang digunakan untuk tujuan proteksi yang dapat disediakan perawat di dalam tasnya. Umumnya, katup dan filter harus dibuang setiap kali selesai digunakan pada klien.

· Linen/Alat Tenun

Linen yang terkontaminasi harus dijaga supaya tidak bersentuhan dengan linen yang bersih dan pakaian lain atau dengan permukaan benda-benda lain. Linen harus diganti setiap hari dan sesering mungkin atau sesuai kebutuhan.

· Alat-alat Tajam

Pada beberapa kasus, klien membeli dan menyediakan sendiri di rumah, wadah alat-alat tajam anti bocor yang akan dipakai sebagai tempat pembuangan jarum, spuit, dan alat-alat tajam lain yang sekali pakai, seperti lanset dan silet. Alat-alat ini harus dibuang segera setelah digunakan.

· Tumpahan Darah atau Cairan Tubuh

Tumpahan darah atau bahan lain yang memiliki potensi untuk terinfeksi harus dibersihkan segera dengan menggunakan larutan pemutih dengan perbandingan 1:10. Area yang terkena harus dibersihkan dengan saksama. Tumpahan yang mengenai kulit harus segera dibersihkan dengan sabun cair dan air yang mengalir.

· Pembuangan sampah Infeksius

Sarung tangan sekali pakai harus dikenakan saat membuang sampah. Tangan harus dicuci segera setelah memegang sampah.

· Tindakan pencegahan lain.

Lebih baik menggunakan sabun cair daripada menggunakan sabun batangan untuk mandi klien. Klien dan keluarga/pemberi perawatan harus diinstruksikan untuk mengganti handuk dan pakaian setiap hari.

6. Peran Perawat

Perawat adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dan proses lahirnya penyelenggaraan perawatan kesehatan di rumah dan keberhasilan proses tersebut. Perawat mengkaji kebutuhan klien di rumah dan mengintegrasikan klien serta sistem pendukungnya ke dalam rencana perawatan. Pengomunikasian temuan hasil kunjungan rumah meningkatkan proses perawatan di-rumah dan meningkatkan kemampuan semua anggota tim dalam menyusuri rencana yang efektif untuk dapat memberikan pelayanan yang dibutuhkan. Pelayanan yang dapat diberikan secara keseluruhan mencakup terapi medis, terapi keperawatan, terapi fisik, terapi wicara, dan terapi okupasi, pekerja sosial, nutrisi, asisten keperawatan-di-rumah, laboratorium, suplai medis, dan peralatan medis yang tahan lama. Pendekatan kolaboratif perawatan kesehatan ini menjamin penanganan klien secara holistik/keseluruhan.

Dokumentasi.

Dokumentasi yang jelas dan komprehensif pada pengkajian awal perawat dan rencana perawatan, diperlukan untuk memformulasikan tujuan dan kerangka waktu yang realistik. Kunjungan ulang pada klien akan memfokuskan pada masalah yang teridentifikasi sejak awal, penyuluhan yang dibutuhkan, dan beberapa perubahan signifikan yang muncul selama kunjungan keperawatan. Semua dokumentasi perawat harus menginformasikan tentang tindakan klinis klien dan respons Klien terhadap rencana perawatan dan program medis. Faktor ini akan menetapkan frekuensi kunjungan keperawatan yang sesuai dengan durasinya.

7. KUNJUNGAN PERTAMA

Persiapan Untuk Kunjungan Pertama.

Sebelum bertemu klien, penting untuk membawa semua formulir pengkajian awal yang harus diisi atau dilengkapi. Tipe format-format ini diperlukan di pelbagai lembaga. Format kunjungan awal tambahan harus selalu tersedia bila terjadi kesalahan dalam penulisannya. Kunjungan awal adalah pertemuan antara perawat dan klien pertama kali. Klien mungkin telah mengikuti program sebelumnya, tetapi jika klien kembali menjalani

perawatan di rumah sakit untuk beberapa waktu tertentu maka diperlukan rujukan yang baru. Saat Anda bertemu klien, kenalkan diri Anda dan lembaga yang Anda wakili. Hal yang penting adalah mengetahui siapa yang membuka pintu dan siapa yang berada di rumah. Cara ini membantu Anda untuk mengetahui bagaimana keterlibatan individu pada saat kunjungan dan keterlibatannya di dalam rencana perawatan, termasuk privasi dan kerahasiaan klien.

Pelaksanaan Kunjungan.

Pada kunjungan pertama, perawat melakukan pengkajian fisik secara lengkap dan menggali riwayat klien secara rinci. Pemeriksaan fisik biasanya dilakukan di ruang tidur klien. Praktik pengontrolan infeksi diterapkan setiap saat. Tanyakan pada klien tempat yang dapat Anda gunakan untuk meletakkan tas keperawatan dan tempatkan tas tersebut di atas sebuah alas. Tanyakan pada klien tempat mencuci tangan dan gunakan sabun serta lap kertas yang Anda miliki. Keluarkan semua peralatan yang dibutuhkan dalam kunjungan tersebut dan letakkan di atas alas yang telah disiapkan. Pada pengkajian fisik, kaji setiap sistem tubuh dan bagaimana setiap sistem tersebut mempengaruhi kondisi klien.

8. PENGKAJIAN FISIK.

Walaupun keterampilan pengkajian fisik yang baik sangat dibutuhkan dalam menetapkan diagnosis, namun hal ini tidak dilakukan tanpa pengkajian riwayat klien yang teliti. Perawat perlu menanyakan masalah atau kekhawatiran utama yang klien alami saat ini. Hal ini mungkin tidak berhubungan dengan diagnosis. Dengan mengetahui masalah utama klien, anda dapat berfokus untuk mempersiapkan keterampilan yang diperlukan dalam melakukan pengkajian. Pengkajian fisik meliputi beberapa pemeriksaan:

· Penampilan umum

· Tanda Vital

· Jantung

· System saraf

· Status mental dan wicara

· Penglihatan

· Pendengaran

· System peredaran darah perifer

· Kulit

· System Muskuloskeletal

· Eliminasi

· System pencernaan dan nutrisi

9. Kunjungan ulang

Kunjungan ulang ini merupakan tindak lanjut kunjungan pertama atau tindak lanjut kunjungan ulang yang lain. Kunjungan ulang dilakukan oleh perawat yang mengoordinasi atau menangani kasus tersebut, tetapi terkadang kunjungan ulang dilakukan oleh perawat lepas yang kebetulan diminta untuk menangani klien pada kunjungan tersebut. Bagian ini berfokus pada hal-hal yang berkenaan dengan kunjungan ulang tersebut dan contoh catatan kunjungan yang termasuk ke dalam dokumentasi yang benar.

Penggunaan Temuan Pada Kunjungan Pertama

Sebelum mempersiapkan kunjungan ulang, perawat harus memahami format pengkajian pertama yang telah dilengkapi. Format ini membantu perawat untuk mengetahui riwayat klien, tanda-tanda vital, dan data lain yang bermakna. Format ini juga mengarahkan perawat dalam merencanakan pencapaian tujuan.

Pelaksanaan Kunjungan Ulang.

Perawat yang telah bertemu klien sebelumnya, juga akan merasa lebih nyaman karena ia telah mengenal baik klien dan lingkungannya. Selama kunjungan pertama, perawat telah mampu menggali riwayat klien dan melakukan pemeriksaan fisik yang lengkap. Perawat telah mampu memeriksa setiap sistem, memperoleh tanda vital dasar, dan mencatat kelainan yang ditemukan pada klien. Fokus kunjungan ulang ialah mengkaji cara klien berespons terhadap terapi, cara klien berfungsi di rumah, dan apakah tujuan perawatan yang direncanakan pada kunjungan pertama realistis dan dapat dicapai.

10. Penghentian Perawatan di Rumah

Penghentian pelayanan perawatan-di-rumah sangat berbeda dalam beberapa hal. Walaupun terdapat aspek tertentu yang berhubungan dengan penghentian perawatan yang fundamental terhadap proses penghentian itu sendiri, tanpa memperhatikan lingkungan perawatan klien.

Perencanaan Penghentian Perawatan.

Rencana penghentian perawatan harus dilakukan melalui diskusi dengan klien dan keluarga. Ajukan pertanyaan dan perhatikan ide mereka dalam melakukan perawatan, hasil akhir perawatan yang diharapkan, dan akan atau telah terjadi sesuatu yang merintangi partisipasi mereka, memungkinkan perawat menyusun rencana perawatan yang dapat diterima dan mengunturigkan kedua belah pihak

Kriteria Penghentian Perawatan.

Secara ideal, perawatan klien dihentikan saat tujuan atau hasil akhir perawatan dicapai. Ada saat perawatan klien-di-rumah dihentikan jika tujuan atau hasil akhir tersebut tidak tercapai. Beberapa alasan dapat melatarbelakangi hal ini, alasan yang tidak berhubungan dengan kemampuan perawat dalam mengembangkan atau mengimplementasikan rencana perawatan. Misalnya, klien menolak perawatan atau pindah ke lokasi lain, atau dokter yang menangani klien tidak setuju kalau pelayanan perawatan dirumah klien dilanjutkan.

  • Klien yang Stabil Secara Medis

Kestabilan kondisi medis klien merupakan alasan yang sangat sering muncul dalam penghentian perawatan klien-di-rumah dan merupakan hasil akhir yang diharapkan dan diinginkan untuk semua klien. Sebagai hasil akhir yang diharapkan, hal ini berarti bahwa jika klien stabil dan tidak membutuhan asuhan keperawatan lebih jauh maka alasan penghentian perawatan tidak perlu dipertanyakan lagi.

  • Keluarga Klien dapat Melakukan Perawatan

Kriteria ini dapat merupakan alasan dan sekaligus solusi yang mungkin supaya perawatan klien-di-rumah dihentikan. Seorang klien mungkin tidak mampu melakukan seluruh perawatannya di rumah. Keluarga mungkin memutuskan untuk berpartisipasi dalam perawatan sehingga klien dapat tetap tinggal di rumah. Perawat kemudian akan mengajar anggota keluarga atau orang terdekat lain untuk membantu memenuhi kebutuhan klien. Perawatan dapat dihentikan jika keluarga klien atau orang terdekat lainnya dapat melakukan perawatan klien.

  • Klien tidak Bersedia untuk Berpartisipasi dalam Rencana Perawatan

Hal ini dapat diketahui melalui beberapa bentuk penolakan yang aktif, seperti klien secara terbuka menyatakan tidak ingiri mempelajari atau melakukan tindakan tertentu. Penolakan ini juga dapat dinyatakan secara pasif, seperti klien mengatakan setuju dengan rencana perawatan yang ditetapkan, tetapi tidak mengikuti terapi yang telah direncanakan, lupa meminum obatnya, atau tidak mau terlibat dalam penyusunan rencana perawatan medis. Perawat tidak perlu frustasi karena klien tidak bersedia berpartisipasi dalam perawatannya. Akan tetapi, hal ini harus menjadi alasan dasar penghentian perawatan. Kegagalan untuk menggali alasan partisipasi klien dan kegagalan dalam menerapkan metode pengganti dalam memotivasi kerja sama klien, dapat dianggap sebagai kelalaian perawat. Jika semua usaha untuk membuat klien terlibat tidak berhasil, perawat harus mengomunikasikan pada klien tentang kemungkinan penghentian perawatan. Klien harus diberitahu tentang konsekuensi terhadap kesehatannya bila perawatannya tidak adekuat. Perawat juga harus menawarkan bantuan kepada klien jika klien menginginkan perawat untuk mengatur penghentian perawatan klien di-rumah.

  • Alasan Penghentian Perawatan yang Lain

Contoh alasan di atas meliputi: klien tidak stabil (dirawat), klien menolak pelayanan lebih lanjut, klien pindah ke tingkat perawatan lain (panti jompo/hospice care/pusat rehabilitasi), klien pindah (tidak dapat ditemukan), dokter tidak mau menandatangani surat persetujuan, atau klien meninggal. Seperti yang telah dicatat sebelumnya, lembaga penyelenggara perawatan di-rumah memiliki kebijakan dan prosedur yang berbeda-beda sehubungan dengan alasan penghentian perawatan klien atau pemindahan posisi klien pada saat penghentian tersebut. Perawat harus mengetahui masalah khusus dalam lembaga penyelenggara perawatan-di-rumah tempat ia bekerja.

  • Pendokumentasian Penghentian Perawatan

Setelah perawatan klien dihentikan, perawatan tidaklah lengkap sebelum pendokumentasian yang tepat selesai. Isi dokumentasi penghentian perawatan klien diperiksa oleh badan berwenang yang menilik penyelenggaraan perawatan di-rumah, juga oleh kebijakan serta prosedur lembaga penyelenggara perawatan-di-rumah yang khusus. Pada dasarnya, surat kerja terdiri dan ringkasan penghentian perawatan dan dokumentasi tujuan atau hasil akhir perawatan yang dicapai klien sebagai hasil klien mendapat perawatan-di-rumah.

11. Penyuluhan dan Pembelajaran Klien

Prioritas penyuluhan harus berfokus pada pengkajian klien sebagai individu yang sedang belajar, perencanaan dan pengimplementasian penyuluhan, cara untuk melakukan intervensi saat berbagai tipe masalah pembelajaran muncul, dan pengevaluasian keberhasilan klien dalam pembelajaran.

Penyuluhan dan Pembelajaran

Dalam merencanakan penyuluhan untuk klien di rumah, sangat penting untuk mempertimbangkan diagnosis klien yang terbaru, riwayat medis, obat yang sedang diminum klien saat ini, tingkat orientasi klien, dan dukungan keluarga. Akan tetapi, pertama-tama kita perlu menetapkan peran penyuluh dan individu yang belajar.

Salah satu aspek yang paling penting dalam kunjungan keperawatan adalah menetapkan topik apa yang perlu disuluhkan dan dipelajari klien, klien, dan kebutuhan klien untuk mempelajari topik ini. Perawat perlu mengevaluasi klien dengan melakukan pengkajian mental dan pengkajian fisik secara keseluruhan, untuk melihat seberapa jauh klien mampu terlibat dalam perencanaan perawatan. Apabila perawat menilai bahwa tidak ada seorang pun yang mampu mempelajari prosedur atau teknik dalam perawatan klien, ia perlu melakukan kunjungan sampai semua kebutuhan klien akan perawatan yang terampil dipenuhi. Penyuluhan harus tetap mencakup klien dan anggota keluarga dalam setiap aspek perencanaan perawatan..

Lingkungan merupakan faktor lain yang sangat penting untuk keberhasilan penyuluhan. Klien perlu dilibatkan dalam memutuskan tempat terbaik untuk menyelenggarakan proses penyuluhan. Tempat yang terang dengan lantai yang bersih dan sebuah meja sebagai tempat untuk meletakkan bahan yang akan didemonstrasikan, akan sangat membantu proses pembelajaran. Keterampilan khusus, seperti perawatan luka, pemberian insulin, dan penyuluhan tentang medikasi, menuntut lingkungan yang menawarkan kenyamanan bagi klien dan perawat sehingga mereka dapat bekerja sama dengan baik.

Kolaborasi antara Perawat dengan Klien.

Apabila proses kolaborasi berlangsung dengan baik, baik bagi klien maupun bagi perawat pada kunjungan pertama, kemungkinan penyuluhan dan proses pembelajaran dapat dicapai. Akan sangat membantu jika anggota keluarga dilbatkan, yakni jika mereka memiliki komitmen untuk terlibat dalam perawatan kesehatan klien. Sementara itu, Anda juga perlu memberi tahu bahwa kadang-kadang jadwal keluarga atau pekerjaan menghambat keikutsertaan mereka dalam perawatan klien. Penggunaan alat tulis merupakan salah satu cara untuk berkomunikasi dengan anggota keluarga yang mempunyai komitmen untuk turut berpartisipasi, tetapi tidak dapat hadir selama pelaksanaan kunjungan rumah. Kunjungan rumah yang pertama memungkinkan perawat untuk melakukan pengkajian keluarga sambil mulai mengoordinasi penyuluhan klien. Evaluasi dinamika keluarga, ketersediaan sumber di komunitas dan di rumah, dan kebutuhan penyuluhan di antara anggota keluarga sangat penting untuk mencapai keberhasilan penyuluhan di rumah.

Penetapan Tujuan dalam Penyuluhan Klien

Setelah kunjungan pertama, perawat, klien, dan setiap anggota keluarga yang terlibat harus menyetujui tujuan pembelajaran yang ditetapkan disertai dengan langkah yang dapat dicapai dan dapat diukur (sasaran perilaku) pada kunjungan rumah berikutnya Apabila klien, perawat, dan keluarga tidak menyetujuinya dibutuhkan diskusi tambahan yang diselenggarakan oleh perawat untuk mengklarifikasi harapan dan fokus pada tujuan. Negosiasi dengan semua orang yang terlibat (perawat, kilen, dan keluarga) sangat penting dalam upaya untuk mencapai tujuan.

Penetapan Tujuan dalam Penyuluhan dan Pembelajaran

Pada akhir kunjungan pertama, perawat, klien, dan anggota keluarga harus mencapai kesepakatan tentang tujuan pembelajaran dan tujuan yang disertai langkah yang dapat dicapai secara spesifik dan dapat diukur pada kunjungan rumah berikutnya. Sering kali kontrak pembelajaran dipersiapkan oleh perawat dan klien, yakni berupa kontrak tertulis yang berisi langkah spesifik untuk mencapai tujuan. Walaupun kontrak pembelajaran tidak perlu ditulis, sering kali formulir tertulis sangat membantu untuk mengidentifikasi tujuan spesifik dan pencapaian tujuan. Kerangka waktu yang spesifik untuk pencapaian tujuan juga dapat ditulis sehingga terbentuk suatu kesadaran kapan tujuan akan dicapai.

Kontrak Pembelajaran

Persiapan kontrak pembelajaran dapat mempermudah penyuluhan di lingkungan perawatan di-rumah, baik bagi perawat maupun klien. Proses yang dilakukan dalam menyiapkan kontrak pembelajaran tersebut harus diuraikan dengan jelas sebagai suatu kontrak antara perawat dan klien. Pertama-tama, tujuan khusus harus dituliskan dengan detail, kemudian langkah atau sasaran untuk mencapai tujuan tersebut harus dirinci. Perawat dan klien harus membuat suatu kesepakatan tentang tanggal target pencapaian sasaran dan tujuan perawatan. Setiap intervensi khusus yang harus dicapai perawat dan klien, harus dituliskan secara garis besar di dalam kontrak. Perawat dan klien harus menandatangani kontrak pembelajaran kemudian menyiapkan suatu media supaya perawat dan klien dapat merencanakan setiap kunjungan, dapat mengkaji langkah untuk mencapai tujuan, dan dapat mengevaluasi kemajuan upaya pencapaian tujuan tersebut. Kontrak tersebut berfokus pada setiap kunjungan dan disertai langkah yang dapat diukur untuk mencapai tujuan akhir perawatan. Langkah terakhir ialah mengidentifikasi kerangka waktu yang realistis dalam mencapai tujuan.

REFERENSI

MANUAL PERAWATAN DIRUMAH ( HOME Care Manual), Sheryl Mara Zang & Nellie C. Bailey, EGC JAKARTA,2004.




Di awal perjalanannya home care nursing sesungguhnya merupakan bentuk pelayanan yang sangat sederhana, yaitu kunjungan perawat kepada pasien tua atau lemah yang tidak mampu berjalan menuju rumah sakit atau yang tidak memiliki biaya untuk membayar dokter di rumah sakit atau yang tidak memiliki akses kepada pelayanan kesehatan karena strata sosial yang dimilikinya. Pelaksanaannya juga merupakan inisiatif pemuka agama yang care terhadap merebaknya kasus gangguan kesehatan. Perawat yang melakukannya dikenal dengan istilah perawat kunjung (visiting nurse). Bentuk intervensi yang diberikan berupa kuratif dan rehabilitatif.

Pada saat klien dan keluarga memutuskan untuk menggunakan sistem pelayanan keperawatan dirumah (home care nursing), maka klien dan keluarga berharap mendapatkan sesuatu yang tidak didapatkannya dari pelayanan keperawatan dirumah sakit.adapun klien dan keluarga memutuskan untuk tidak menggunakan sistem ini, mungkin saja ada pertimbangan-pertimbangan yang menjadikan home care bukan pilihan yang tepat.dibawah ini terdapat tentang pro dan kontra home care di Indonesia.

Pro home care berpendapat :

  1. home care memberikan perasaan aman karena berada dilingkungan yang dikenal oleh klien dan keluarga, sedangkan bila di rumah sakit klien akan merasa asing dan perlu adaptasi.
  2. home care merupakan satu cara dimana perawatan 24 jam dapat diberikan secara focus pada satu klien, sedangkan dirumah sakit perawatan terbagi pada beberapa pasien.
  3. home care memberi keyakinan akan mutu pelayanan keperawatan bagi klien, dimana pelayanan keperawatan dapat diberikan secara komprehensif (biopsikososiospiritual).
  4. home care menjaga privacy klien dan keluarga, dimana semua tindakan yang berikan hanya keluarga dan tim kesehatan yang tahu.
  5. home care memberikan pelayanan keperawatan dengan biaya relatif lebih rendah daripada biaya pelayanan kesehatan dirumah sakit.
  6. home care memberikan kemudahan kepada keluarga dan care giver dalam memonitor kebiasaan klien seperti makan, minum, dan pola tidur dimana berguna memahami perubahan pola dan perawatan klien.
  7. home care memberikan perasaan tenang dalam pikiran, dimana keluarga dapat sambil melakukan kegiatan lain dengan tidak meninggalkan klien.
  8. home care memberikan pelayanan yang lebih efisien dibandingkan dengan pelayanan dirumah sakit, dimana pasien dengan komplikasi dapat diberikan pelayanan sekaligus dalam home care.
  9. pelayanan home care lebih memastikan keberhasilan pendidikan kesehatan yang diberikan, perawat dapat memberi penguatan atau perbaikan dalam pelaksanaan perawatan yang dilakukan keluarga.

Kontra home care berpendapat :

  1. home care tidak termanaged dengan baik, contohnya jika menggunakan agency yang belum ada hubungannya dengan tim kesehatan lain seperti :
    • dokter spesialis.
    • Petugas laboratorium.
    • Petugas ahli gizi.
    • Petugas fisioterafi.
    • Psikolog dan lain-lain.
  2. home care membutuhkan dana yang tidak sedikit jika dibandingkan dengan menggunakan tenaga kesehatan secara individu.
  3. klien home care membutuhkan waktu yang relatif lebih banyak untuk mencapai unit-unit yang terdapat dirumah sakit, misalnya :
    • Unit diagnostik rontgen
    • Unit diagnostik CT scan.
    • Unit diagnostik MRI.
    • Laboratorium dan lain-lain.
  4. pelayanan home care tidak dapat diberikan pada klien dengan tingkat ketergantungan total, misalnya: klien dengan koma.
  5. tingkat keterlibatan anggota keluarga rendah dalam kegiatan perawatan, dimana keluarga merasa bahwa semua kebutuhan klien sudah dapat terlayani dengan adanya home care.
  6. pelayanan home care memiliki keterbatasan fasilitas emergency, misalnya :
    • fasilitas resusitasi
    • fasilitas defibrilator
  7. jika tidak berhasil, pelayanan home care berdampak tingginya tingkat ketergantungan klien dan keluarga pada perawat

PRO DAN KONTRA HOME CARE DI INDONESIA

Pro berpendapat :

1. home care memberikan perasaan aman.

2. home care memberikan pelayanan focus.

3. home care memberikan keyakinan akan mutu pelayanan.

4. menjaga privasi klien dan keluarga.

5. home care lebih hemat.

6. memberikan kemudahan dalam memonitor.

7. home care memberikan rasa tenang kepada keluarga.

8. home care lebih efisien.

9. lebih berhasil dalam pendidikan kesehatan.



Kontra berpendapat :

1. home care tidak termanaged dengan baik.

2. home care lebih mahal.

3. membutuhkan waktu lebih banyak untuk mencapai unit penunjang yang ada dirumah sakit.

4. tidak bisa pada klien dengan ketergantungan total.

5. tingkat keterlibatan keluarga rendah.

6. memiliki keterbatasan fasilitas.

7. tingkat ketergantungan tinggi.


by : Erlan Misdiono





PLASENTA

Plasenta berasal dari penggabungan vili korionik dan endometrium uterus. Plasenta berbentuk bundar dengan diameter 15 sampai 20 cm dan tebal lebih kurang 2,5 cm. beratnya rata-rata 500 gram.

Umumnya plasenta berbentuk lengkap pada kehamilan lebih kyrang 16 minggu.letak plasenta umumnya di depan atau di belakang dinding uterus, agak keatas kearah fundus uteri.

Hubungan plasenta dengan tali pusat :

  • Ditengah : keadaan ini disebut Insersio sentralis.
  • Agak kepinggir : keadaan ini disebut Insersio lateralis.
  • Dipinggir : keadaan ini disebut Insersio marginalis.
  • Diluar plasenta : keadaan ini disebut Insersio velamentosa. Hubungan tali pusat dengan plasenta melalui selaput janin.

Pembentukan plasenta :

  • Pada awalnya, vili korionik dapat terlihat diatas keseluruhan permukaan embrio yang tertanam. Sejalan dengan semakin membesarnya embrio yang berkembang, vili dibawah bagian desidua kapsularis endometrium menghilang.
  • Vili korionik dibawah embrio tetap ada dan semakin berkembang. Percabangan dan pembesarrannya disebut korion frondosum. Korion frondosum dan bagian desidua basalis endometrium bergabung membentuk plasenta. Embrio dilekatkan oleh batang penghubung (korda umbilicus) ke plasenta.

Fungsi plasenta :

  1. sebagai alat yang memberi makanan pada janin (nutritif).
  2. sebagai alat yang mengeluarkan bekas metabolisme (ekskresi).
  3. sebagai alat yang memberi zat asam (O2), dan mengeluarkan CO2 (respirasi).
  4. sebagai alat pembentuk hormon.
  5. sebagai alat menyalurkan pelbagai antibody ke janin.

Fungsi plasenta adalah mengusahakan janin tumbuh dengan baik. Untuk pertumbuhan ini dibutuhkan adanya penyaluran zat asam, asam amino, vitamin dan mineral dari ibu ke janin, dan pembuangan CO2 serta sampah metabolisme janin ke peredaran darah ibu.

Perlu diketahui bahwa plasenta dapat pula dilewati kuman-kuman dan obat-obatan tertentu. Penyaluran zat makanan dan zat lain dari ibu ke janin dan sebaliknya harus melewati lapisan trofoblas plasenta.

Sirkulasi plasenta :

  • kapilar janin pada percabangan terminal vili korionik (korion frodosum) dibasahi dengan darah maternal dalam sinus darah desidua basalis endometrium uterus.permukaan jaringan janin dan maternal dipisahkan oleh ruang intervilus.

a) Di sisi maternal, darah memasuki ruang intervilus dari ateriol maternal yang terkikis. Darah arteri maternal kaya akan oksigen dan nutrien.

b) Di sisi janin, darah memasiki vili dari arteri umbilikus. Darah arteri umbilikus miskin akan oksigen dan kadar CO2 serta produk buangannya tinggi.

  • Setelah pertukaran gas, nutrien, dan produk buangan antara darah maternal dan janin dalam kapiler vili, darah kaya oksigen dan nutrien kembali ke janin melalui vena umbilikus. Darah maternal kembali melalui vena uterus.

a) Darah janin dan maternal memiliki hubungan yang dekat, tetapi tidak memiliki hubungan langsung. Perpindahan zat antara darah janin dan maternal adalah melalui difusi, transpor aktif, dan pinositosis.

b) Menjelang akhir kehamilan, plasenta memungkinkan antibodi maternal memasuki sirkulasi janin. Antibodi memberikan imunitas pasif sementara pada janin.

c) Obat-obatan, alkohol, polutan lingkungan, virus, dan agens penyebab penyakit lainnya masuk dengan bebas dari sirkulasi maternal ke sirkulasi janin. Sebagai zat ini disebut teratogen atau agens yang dapat menyebabkan defek lahir.

LIKUOR AMNII ATAU CAIRAN AMNION

Di dalam ruang yang diliputi oleh selaput janin yang terdiri dari lapisan amnion dan korion terdapat likuor amnii (air ketuban).

Lapisan amnion berasal dari mesoderm ekstra-embrionik dan trofoblas. Bagian ini membentuk langit-langit rongga amniotik yang kemudian terisi cairan amniotik. Pada akhirnya, rongga amniotik akan membesar dan amnion tumbuh untuk membungkus embrio dan korda umbilikus.

Lapisan korion berasal dari trofoblas dan mesoderm ekstra-embrionik yang merupakan membran terluar yang membungkus embrio dan janin yang sedang berkembang.bagian ini membentuk vili korionik, yang kemudian membentuk bagian janin plasenta dan merupakan sumber HCG. Korion berdifusi dengan amnion untuk membentuk kantong yang membungkus embrio dan janin.

Volume likuor amnii atau air ketuban pada kehamilan cukup bulan 1000 – 1500 ml. Warna putih, agak keruh, serta mempunyai bau yang khas, agak amis dan manis. Cairan ini dengan berat jenis 1,008 yang terdiri atas 98% air, sisanya terdiri atas garam anorganik serta bahan organik dan bila diteliti benar, terdapat rambut lanugo, sel-sel epitel dan verniks kaseosa.

Pada air ketuban juga terdapat lesitin dan sfingomielin yang amat penting untuk mengetahui apakah janin mempunyai paru-paru yang sudah siap untuk berfungsi.

Dari mana likuor ini berasal masih belum diketahui secara pasti, masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut. Ada teori yang mengatakan bahwa air ketuban berasal dari lapisan amnion, teori lain mengatakan bahwa air ketuban berasal dari plasenta.

Peredaran likuor amnii dalam plasenta cukup baik. Dalam 1 jam didapatkan perputaran lebih kurang 500 ml. Menurut teori, bayi menelan air ketuban kemudian dikeluarkan melalui kencing. Bila bayi tidak menelan air ketuban ini, maka dapat terjadi janin dengan stenosis sehingga terjadi hidramnion.

Fungsi air ketuban :

  1. melindungi janin terhadap trauma dari luar.
  2. memungkinkan janin dapat bergerak bebas.
  3. melindungi suhu tubuh janin.
  4. meratakan tekanan di dalam uterus pada partus, sehingga servix membuka.
  5. membersihkan jalan lahir, jika ketuban pecah dengan cairan steril, dan akan mempengaruhi keadaan di dalam vagina, sehingga bayi kurang mengalami infeksi.



Daftar Pustaka


Bernischke K. A review of the patologic anatomy of the human placenta. Amer J

Obstet Gynec, 1962; 84:1995 diakses dari www.sagepub.com

Crawford JM. Vascular anatomy of the human placenta. America J Obstet Gynec,

1962; 84:1995 diakses dari www.sagepub.com

Wiknjosastro H.1997. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Salemba




By ; Erlan Misdiono