Subscribe to web2feel.com
Subscribe to web2feel.com

DIABETES MELITUS

Minggu, 11 Juli 2021

1. Pengetian. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindroma klinis kelainan metabolik, ditandai oleh adanya hiperglikemik yang disebabkan oleh defek sekresi insulin, defek kerja insulin atau keduanya (Soegondo, 2013) Secara klinis terdapat 4 tipe diabetes, yaitu : Tipe 1 (diabetes melitus tergantung insulin/Insulin Dependent Diabetes Melitus, Tipe 2 (diabetes melitus tidak tergantung insulin) insulin/. 2.Non-Insulin Diabetes Melitus, 3. Diabetes melitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya, dan 4. Diabetes melitus gestasional (Gestational Diabetes Melitus). Untuk diabetes tipe 2, umumnya terjadi pada orang dewasa (kadang-kadang dapat terjadi pada anak-anak dan remaja. Umumnya terjadi secara perlahan-lahan dan tanpa gejala serta secara bertahap akan bertambah berat dan kurang lebih 90-95 % penderita mengalami diabetes melitus tipe 2 (Smeltzer & Bare,2002).
2. Penyebab. Menurut Smeltzer & Bare (2002) DM tipe II disebabkan kegagalan relatif sel β dan resisten insulin. Resisten insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glikosa oleh hati. Sel β tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defensiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa, maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel β pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa.
3. Faktor resiko. Beberapa faktor yang diketahui dapat mempengaruhi DM tipe II (Smeltzer & Bare, 2002) antara lain: a. Kelainan genetic. Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap diabetes, karena gen yang mengakibatkan tubuh tak dapat menghasilkan insulin dengan baik. b. Usia. Umumnya penderita DM tipe II mengalami perubahan fisiologi yang secara drastis, DM tipe II sering muncul setelah usia 30 tahun ke atas dan pada mereka yang berat badannya berlebihan sehingga tubuhnya tidak peka terhadap insulin. c. Gaya hidup stress. Stres kronis cenderung membuat seseorang makan makanan yang manis-manis untuk meningkatkan kadar lemak seretonin otak. d. Pola makan yang salah. Pada penderita DM tipe II terjadi obesitas (gemuk berlebihan) yang dapat mengakibatkan gangguan kerja insulin (resistensi insulin).
4. Tanda dan Gejala. Penderita DM tipe II biasanya mengalami peningkatan frekuensi buang air (poliuri), rasa lapar (polifagia), rasa haus (polidipsi), cepat lelah, kehilangan tenaga, dan merasa tidak fit, kelelahan yang berkepanjangan dan tidak ada penyebabnya, mudah sakit berkepanjangan, biasanya terjadi pada usia di atas 30 tahun, tetapi prevalensinya kini juga pada golongan anak-anak dan remaja. Gejala-gejala tersebut sering terabaikan karena dianggap sebagai keletihan akibat kerja, jika glukosa darah sudah tumpah kesaluran urin dan urin tersebut tidak disiram, maka dikerubuti oleh semut yang merupakan tanda adanya gula (Smeltzer & Bare, 2002). Selain tanda dan gejala diatas, gangguan lain yang sering dirasakan oleh penderita DM tipe 2, yaitu: a. Gangguan saraf tepi/kesemutan. Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki di waktu malam, sehingga sulit tidur b. Gangguan penglihatan. Pada fase awal penyakit DM sering terjadi gangguan penglihatan yang mendorong penderita untuk mengganti kacamatanya berulang kali agar ia tetap dapat melihat dengan baik c. Gatal/bisul. Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah kemaluan atau daerah lipatan kulit seperti ketiak dan dibawah payudara. Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul dan luka yang lama sembuhnya. d. Gangguan ereksi. Gangguan ereksi ini menjadi masalah tersembunyi karena sering tidak secara terus terang dikemukakan penderitanya. e. Keputihan. Pada wanita, keputihan dan gatal merupakan keluha yang sering ditemukan dan kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala yang dirasakan
5. Komplikasi. Komplikasi pada penderita DM tipe II antara lain: 1. Hipoglikemia Akut (rendahnya kadar gula darah yang tidak normal). Pasien mungkin akan mengeluarkan keringat dingin, merasa gemetar, pucat, jantung yang berdegup kencang, mengantuk atau bahkan pingsan. 2. Hiperglikemia Akut (tingginya kadar gula darah yang tidak normal). Pasien mungkin akan bernapas secara dalam dan cepat, merasa mual, muntah, dan sensasi haus yang berlebihan hingga pingsan atau koma. Jika diabetes melitus tidak dikendalikan secara memadai dan kadar glukosa tetap tinggi dalam jangka waktu yang lama, pembuluh darah dan sistem saraf bisa dengan mudah terganggu, yang mengakibatkan kerusakan organ dalam jangka waktu yang lama hingga mengakibatkan kegagalan organ, seperti mata, otak, jantung dan pembuluh darah, ginjal dan kaki.
6. Diagnosis. Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui pemeriksaan darah vena dengan sistem enzimatik dengan hasil : a. Gejala klasik + GDP ≥ 126 mg/dl b. Gejala klasik + GDS ≥ 200 mg/dl c. Gejala klasik + GD 2 jam setelah TTGO ≥ 200 mg/dl d. Tanpa gejala klasik + 2x Pemeriksaan GDP ≥ 126 mg/dl e. Tanpa gejala klasik + 2x Pemeriksaan GDS ≥ 200 mg/dl f. Tanpa gejala klasik + 2x Pemeriksaan GD 2 jam setelah TTGO ≥ 200 mg/dl g. HbA1c ≥ 6.5%

Sumber
1. Bare & Smeltzer.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart (Alih bahasa Agung Waluyo) Edisi 8 vol.3. Jakarta :EGC 2. Eva Decroli, (2019). Buku Diabetes Mellitus Lengkap Pusat Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Andalas : Padang

0 komentar

Posting Komentar